Sabtu, 14 April 2018

Manajemen dan Kepemimpinan Sekolah




MAKALAH
MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sekolah
Dosen Pengampu : Drs. Mujiyono M.Pd.

Disusun oleh:

1.      Farah Ummu Masnunah                1401415055
2.      Ajeng Sulistyo                              1401415296
3.      Ahmad Fahrudy                            1401415325
4.      Aulia Kharisma                             1401415328
5.      Ahmad Galih Candra Puspa         1401415293


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Suatu organisasi yang menjalankan sejumlah aktivitas memulai kegiatannya dengan melakukan proses perencanaan. Perencanaan dilakukan melalui aktivitas yang melibatkan individu-individu. Aktivitas inidividu ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Yang sering dilakukan adalah adanya kesadaran individu sebagai makhluk juga mempunyai keinginan-keinginan atau tujuan pibadi. Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan organisasi, bisa juga tidak selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan organisasi atau tujuan individu tidak tercapai. Dalam makalah ini akan di bahas tentang hakikat dan konsep dasar manajemen pendidikan, sebagai pengantar materi pertama dalam Mata Kuliah Manajemen Sekolah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa hakikat dan arti Manajemen Sekolah?
2.      Apa fungsi Manajemen Sekolah?
3.      Apa makna dari Manajemen Sekolah?
4.      Apa pentingnya mempelajari Manajemen Sekolah?




BAB II
PEMBAHASAN

1.      Hakikat dan Pengertian Manajemen Sekolah
Dalam pendidikan formal kepala sekolah dapat berperan sebagai administrator, manajer, dan supervisor. Ini berarti organisasi sekolah melaksanakan administrasi, manajemen, dan supervise. Begitu pula halnya dengan organisasi-organisasi lain pada hakikatnya melaksanakan ketiga aktivitas tersebut. Keluarga misalnya adalah organisasi yang melaksanakan administrasi yaitu suatu aktivitas yang mengupayakan kesejahteraan keluarga lahir batin, termasuk memberi pendidikan kepada anak-anak mereka. Keluarga juga melakukan manajemen pendidikan tatkala mereka memikirkan buku-buku apa saja yang perlu disediakan bagi anak-anak, permainan-permainan macam mana yang baik, bagaimana cara mendisiplinkan anak, dan sebagainya. Dan dalam proses pendidikan itu silih berganti bapak dan ibu melakukan supervise. Ibu akan menjadi supervisor dalam memperingati bapak yang salah mendidik putranya, sebaliknya bapak akan menjadi supervisor dalam membina istri tentang cara mendidik putra.
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan  melalui orang lain.
Sedangkan beberapa Ahli  mendefinisikan tentang manajemen yang dikemukakan antara lain:
1.    Menurut Hasibuan “ Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
2.    Menurut GR Terry  “Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari (planning) tindakan-tindakan perencanaan, (Organizing) pengorganisasian, (staffing) penataan staff  ((actuating),) pengarahan, dan (Controlling) pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaat sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
3.    Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel “Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manager mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas rangg lain yang meliputi (planning)  perencanaan, (Organizing)  pengorganisasian, (placing) penempatan, (actuating) pengarahan, dan (Controlling)  pengendalian.”
4.    Menurut Andrew F. Sikula “ Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, (motivating) pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengorganisasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehinggga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.
5.    Sedangkan Sejumlah ahli lain memberikan Formulasi-Formulasi Alternatif tentang Fungsi manajemen diantaranya oleh GreggLitchfield dan Campbell, Gregg mengemukakan bahwa fungsi pokok manajemen itu meliputi: Decision making,planning,organizing,communicating,influiting,coordinating,evaluating, menurut Litchfield, manajemen terdiri atas : Decision making, Programming, communicating,  Controlling, dan reappraising. Sedangkan pendapat Campbell sendiri meliputi: Decision making, programming, simulating, coordinating dan appraising.
Dalam perspektif yang lebih luas, manajemen adalah suatu proses pengaturan, dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam perspektif ini ada sejumlah unsur pokok yang membentuk kegiatan manajemen, yaitu : unsure manusia (men), barang-barang (materials), mesin (machines) metode (methods), uang (money) dan pasar (market). Keenam unsur ini memiliki fungsi masing-masing dan saling berinteraksi dalam mencapai tujuan organisasi terutama proses pencapain tujuan secara efektif dan efisien.
Sedangkan manajemen sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi yang didapat, oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus menggunakan suatu sistem, artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang di dalamnya terdapat komponen-komponen terkait seperti guru-guru, staff TU, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.
Unsur manajemen dalam pendidikan merupak penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam  bidang pendidikan, bahwa manajemen pendidikan merupakan rangkaian proses yang terdiri dari, perencanaan, pengoordinasian, penggerakan, dan pengawasan yang dikaitkan dengan bidang pendidikan.
Bila kita perhatikan dari pengertian manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa manajemen merupkan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktif.
Selanjutnya, Henry Mintzberg, mengkategorikan peran seorang manajer dan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis utama, yaitu :
Peran Decisional, membutuhkan manajer yang merencanakan strategi dan memanfaatkan sumber daya.  Peran Interpersonal, memerlukan manajemen untuk mengarahkaan dan mengawasi karyawan dan organisasi. Peran Informasi adalah, mereka dimana para manajer memberikan dan mengirimkan informasi.
2.      Fungsi Manajemen Sekolah
Mula-mula fungsi manajemen banyak ragamnya seperti: merencanakan, mengorganisasi, menyusun staf, mengarahkan, mengkoordinasi, mengontrol, mencatat dan melaporkan, dan menyusun anggaran belanja. Kemudian di buat menjadi lebih sederhana sehingga terdiri dari merencanakan, mengorganisasi, member komando, mengkoordinasi, dan mengontrol. Selanjutnya Hersey hanya menyebutkan 4 fungsi saja yaitu : merencanakan, mengorganisasi, memotivasi, dan mengontrol.
            fungsi manajemen pendidikan  sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan.
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan.
2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Menurut Terry pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.
Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan.
Sementara itu Ramayulis menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan  adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.
Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian merupakan fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan dan pengetahuan.
3. Fungsi Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan.
Dalam manajemen pendidikan, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh sipenerima pengarahan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen pendidikan adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri  menyatakan bahwa dalam pandangan Islam pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.
Dalam pendidikan  pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil.
3.      Makna Manajemen Sekolah
Manajemen sekolah mempunyai pengertian kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan. seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks tergantung lingkup dan tingkat pengertian pendidikan mana yang di maksud.
Manajemen sekolah mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan dan penilaian.
Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin di capai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang di perlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan itu di buat sebelum suatu tindakan di laksanakan.
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan tadi. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini di bagi untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi.
Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah di bagi itu dapat di kerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan di sepakati.
Pengarahan diperlukan agar kegiatan dilakukan bersama itu tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan.
Pemantauan yaitu, suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan telah mencapai tujuannya, dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu.
Manajemen pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir system. System adalah keseluruhan yang terjdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
Masukan (murid)…..> proses belajar, guru, kurikulum, lingkungan, murid, sarana prasarana organisasi sekolah ………..> keluaran( lulusan).
Manajemen sekolah juga dapat di lihatdari segi efektivitas pemanfaatan sumber. Jika menajmen di lihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan  itu sudah mencapai sasaran yang di tetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan sumber yangdi maksud dapat berupa manusia, uang, sarana dan prasarana maupun waktu. Upaya harus di cari dalam pemanfaatan sumber yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
Manajemen sekolah juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Menajemen sekolah di lihat dari segi kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana dengan kemampuan yang dimiliki administrator pendidikan itu, ia dapat melaksanakan tut wurihandayani, ing madyo mangun karso, dan ing ngarso sung tulodo dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Manajemen sekolah juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali administrator di hadapkan kepada bermacam-macam masalah, dan ia harus memecahkan masalh itu. Untuk memecahkan masalah tersebut di perlukan kemampuan dalam mengambil keputusan, yaitu memilih kemungkinan tindakan yang terbaik dari sejumlah kemugkunan-kemungkinan tindakan yang dapat di lakukan.
Menajemen sekolah juga dapat di lihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang di maksudkan orang lain itu. Jika dalam kerja sama pendidikan tidak ada komunikasi, maka orang yang bekerja sama itu saling tidak mengetahui apa yang dikerjakan atau pa yang di inginkan teman sekerjanya.
Menajemen sekolah sering diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.
6.      Pentingnya mempelajari Manajemen Sekolah
Manajemen bagaimana pun sangat di perlakukan oleh semua organisasi karena tanpa keberadaanya (manajemen) semua akan sia-sia dan menjadi kendala bagi tercapainya tujuan organisasi Untuk itu  terdapat tiga alasan mengapa mempelajari manajemen yaitu :
Ø  Untuk mencapai tujuan. Manajemen di perlukan untuk mencapai tujuan organisasi yang sekaligus tujuan pribadi anggota organisasi.
Ø  Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Dalam hal ini manajemen diperlukan untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan,sasaran-sasaran,dan kegiatan-kegiatanyang saling bertentangan dengan pihak yang berkepentingan.
Ø  Untuk mencapai efisiensi dan efiktifitas Suatu hal kerja dapat di ukur dengan banyak cara yang berbeda.semua itu di lakukan dalam rangka mencapai efisiensi dan efetivitas.
Stoner mengekemukakan pada tahun (1996) ada tiga mengapa mempelajari manajemen yaitu sebagai berikut:
Ø  Organisasi memberikan kontribusi pada standar kehidupan umat manusia di dunia dimasa kini.
Ø  Organisasi membangun masa depan yang lebih baik dalam membantu individu-individu untuk melakukan hal yang sama. 
Ø  Organisasi membantu menghubungkan manusia dengan masa lalunya. Organisasi dapat dipandang sebagai pola hubungan manusia.












BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dalam pendidikan formal kepala sekolah dapat berperan sebagai administrator, manajer, dan supervisor. Ini berarti organisasi sekolah melaksanakan administrasi, manajemen, dan supervise. Begitu pula halnya dengan organisasi-organisasi lain pada hakikatnya melaksanakan ketiga aktivitas tersebut.
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan  melalui orang lain.















DAFTAR PUSTAKA

Pidarta Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta:PT Bina Aksara,1988
            Sutomo,dkk,Manajemen sekolah,Semarang:MKU/MKDK-LP3 UNNES,2015
Suryosubroto B, manajemen pendidikan di sekolah, Jakarta : rineka cipta, 2010.6



Urgensi Psikologi Pendidikan Bagi Guru dan Siswa


 

 

MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
URGENSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAGI GURU DAN SISWA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Mujiyono M.Pd.


Disusun oleh:
Farah Ummu Masnunah
1401415055


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang Masalah
Istilah psychology berasal dari rangkaian dua suku kata dari bahasa Yunani yaitu: “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Dalam bahasa ini, psikologi lebih cenderung menfokuskan untuk mempelajari tentang gejala - gejala kejiwaan seseorang. Gejala kejiwaan tersebut disebut pula dengan tingkah laku, dalam hal ini yang dipelajari adalah tingkah laku manusia, baik tingkah laku yang tampak maupun tingkah laku yang tidak tampak.
Adapun psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan factor - faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pengertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah masalah pembelajaran. Dengan kata lain, psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset sikologis telah menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan - persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Adapun urgensi ilmu psikologi sangatlah besar dalam dunia pendidik khususnya bagi pendidik dan peserta didik, hal ini dikarenakan cabang ilmu psikologi sangat berkaitan erat dengan peran seorang pendidik, guna untuk menciptakan kondisi - kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif. Tujuannya adalah untuk menyelidiki tingkah laku individu/ siswanya sebagai gejala - gejala kejiwaan agar dengan pengetahuan tersebut dapat membantu serta mengarahkan proses pembelajaran individu agar sesuai dengan tujuan pendidikan. 
Tugas pokok dari psikologi pendidikan tidak lain adalah membantu terciptanya situasi belajar yang efektif dan memperlancar proses pembelajaran antara lain; melalui mengerti anak atau peserta didik yang mempunyai potensi dan perbedaan individualDalam kaitannya dengan belajar mengajar psikologi juga mempunyai peran yang sangat penting diantaranya adalah dalam proses perkembangan peserta didik, cara belajar peserta didik dan cara pengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar mengajar.
Mengacu uraian tersebut di atas maka dalam makalah ini, penulis mencoba untuk mengupas lebih dalam dengan merumuskan permasalahan tersebut dalam sebuah judul makalah yaitu: “Urgensi Psikologi Pendidikan bagi Guru dan Siswa”. Penelitian ini merupakan bersifat kualitatif dengan jenis penelitian study kepustakaan. Dengan harapan agar dengan pengetahuan tersebut dapat membantu serta mengarahkan individu maupun kelompok untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan tujuan pendidikan.

1.2.   Rumusan Masalah
Beranjak dari realitas tentang pentingnya psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan, maka dirumuskan beberapa masalah, antara lain: 
1.2.1.      Apakah pengertian psikologi pendidikan?
1.2.2.      Bagaimanakah tujuan psikologi pendidikan?
1.2.3.      Bagaimanakah urgensi psikologi pendidikan bagi guru dan siswa?

1.3. Tujuan Kajian
Adapun tujuan kajian dari pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1.3.1.      Untuk mengetahui pengertian psikologi pendidikan?
1.3.2.      Untuk mengetahui tujuan psikologi pendidikan?
1.3.3.      Untuk mengetahui urgensi psikologi pendidikan bagi guru dan siswa?



1.4. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah heuristik, yaitu sebuah metode berupa, mencari, menelusuri, menemukan dan mengumpulkan sumber - sumber sejarah, dan penelusuran media internet serta buku-buku perpustakaan sehingga disimpulkan menjadi sebuah makalah.



























BAB  II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Psikologi, Pendidikan dan Psikologi Pendidikan
1.      Definisi Psikologi
Psikologi yang dalam istilah terdahulu sering disebut sebagai ilmu jiwa, yang berasal dari kata bahasa inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. sehingga, secara harfiah psikologi mengandung arti ilmu jiwa.
Istilah psikologi pada mulanya digunakan para ilmuwan dan para filosof untuk memeunhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku dari berbagai makhluk hidup, mulai dari yang primitif sampai yang paling modern. Namun, ternyata tidak cocok lantaran menurut para ilmuan dan filosof, psikologi memiliki batas-batas tertentu yang berada di luar kaedah keilmuan dan etika falsafi.
Pada asasnya psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme baik manusia ataupun hewan. Namun secara lebih spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini, psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku menusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk - makhluk tersebut berpikir dan berperasaan.
Bruno membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Dan yang ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme. Selanjutnya, dalam ensiklopedia pendidikan, Poerbakawatja dan Harahap membatasi arti psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala -gejala dan kegiatan - kegiatan jiwa.
Dengan demikian secara ringkas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah sebuah cabangilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku manusia yang terlihat maupun tidak, baik secara individu maupun berkelompok, dalam hubungan kesehariannya.

2.      Definisi Pendidikan 
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pegertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Muhibbin Syah Pendidikan adalah usah sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Sedangkan menurut pengertian yang lebih luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam dictionary of psychologi pendidikan diartikan sebagai the institutional procedures which are employed in accomplihing the development of knowlege, habits, atitudes, etc, Usualy the term is applied to formal institution. Jadi pendidikan berarti tahap kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya, yang dapat berlangsung secara informal dan nonformal.
Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Jika pegertian seperti ini kita pedomani, setiap orang yang berkewajiban mendidik seperti guru dan orang tua tentu harus melakukan perbuatan mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar ia menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut, atau dengan kata lain agar siswa tersebut memiliki pengetahuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk melakukan suatu proses perubahan diri ke arah yang lebih baik melalui berbagai cara yang salah satunya adalah melalui proses pembelajaran. 

3.      Definisi Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin bukan psikologi itu sendiri. Salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai Subdisiplin psikologi terapan (applicable) adalah Arthur S. Reber seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, university of New York City, University of Brithis Colombia Canada dan pada juga University Innsbruck Austria. Menurutnya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang dapat berguna dalam hal-hal sebagi berikut. 
1)   Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
2)   Pengembangan dan pembaharuan kurikulum.
3)   Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
4)   Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
5)   Penyelanggaraan pendidikan keguruan.
Sementara itu, Tardif mendefinisikan psikologi pendidikan adalah sebuah bidang study yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan. Sedangkan menurut Witherington dalam bukunya yang diterjemahkan oleh M. Buchori memberikan definisi psikologi pendidikan sebagai “A systematic study of the process and factors involved in the education of human being is called educational psychology”, yaitu psikologi pendidikan adalah study sistematis tentang proses - proses dan faktor - faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Berdasarkan definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli berkaitan tentang psikologi pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang diuraikan secara sistematis yang dalam penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan hasil dari sebuah pembelajaran.

B.     Tujuan Psikologi Pendidikan
Banyaknya harapan masyarakat pendidikan yang menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah, oleh karena itu, tentunya keadaan psikologi anak/ peserta didik harus dipelajari dengan teliti. Dengan demikian studi psikologi dalam dunia pendidikan sangatlah diperlukan. Sehingga dapat dirumuskan beberapa tujuan psikologi pendidikan, antara lain :
a.    Untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
b.    Agar para guru dan calon memiliki dasar-dasar yang luas dalam hal mendidik pada umumnya, dan dalam bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didik bisa bertambah baik dalam cara belajarnya.
c.    Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efektif dan efisien dengan jalan mempelajari, menganalisis, tingkah laku anak didik dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung, guna meningkatkan ke arah yang lebih baik.
Sedangkan Ahmadi merumuskan tujuan psikologi pendidikan adalah sebagai langkah untuk memahami garis besar, pola umum perkembangan, dan pertumbuhan anak pada tiap-tiap fasenya, yang berguna untuk:
a)      Dapat munculkan sikap senang bergaul dengan orang lain terutama anak-anak, remaja dengan penuh perhatian kepada mereka baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
b)      Dapat mengarahkan seseoarng untuk berbuat dan beprilaku yang selaras dengan tingkat perkembangan orang lain.
c)      Khususnya bagi pendidik dapat memahami dan memberikan bimbingan kepada anak didiknya sesuai dengan taraf perkembangan anak didiknya, sehingga proses pendidikan akan berjalan dengan maksimal guna untuk mencapai tujuannya.

Dalam proses pembelajaran dapat dikatakan bahwa inti permasalahan psikologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai dan dimiliki oleh seorang pendidik.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Secara umum tujuan psikologi pendidikan adalah untuk mempelajari tingkah laku manusia dan perubahan tingkah laku tersebut sebagai akibat proses dari tangan pendidikan dan berusaha bagaimana suatu tingkah laku itu harus dirubah dan dibimbing melalui pendidikan. Dengan kata lain ahli psikologi pendidikan berusaha untuk mempelajari, menganalisis, menerangkan dan memimpin proses pendidikan sedemikian rupa sehingga mendapatkan suatu sistem pendidikan yang efisien.

C.    Urgensi Psikologi Pendidikan bagi Guru dan Siswa
Elemen pendidikan merupakan salah satu lingkungan yang menjadi tempat terjadinya interaksi antar individuDalam interaksi antar individu ini baik antara guru dan siswa maupun antar siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologis. Peristiwa proses psikologi pendidikan ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat.
Para pendidik khususnya para guru sekolah, diharapkan memiliki kemampuan dasar ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan, agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna, pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah. 
            Adapun kaitannya antara belajar mengajar dengan psikologi pendidikan, unsur pertama dalam pelaksanaan sebuah sistem dimanapun adalah proses belajar mengajar. Di tengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini tak terkecuali apakah di tempat pendidikan formal ataupunnonformal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola belajar mengajar tersebut adalah psikologi praktis yaitupsikologi pendidikan.
Sebelum psikologi memasuki ranah yang menghasilkan tenaga berpendidikan, terlebih dahulu telah berkembang beberapa anggapan bahwa pengetahuan dan penguasaan akan bahan pelajaran (subject-matter) secara otomatis akan memberikan kemampuan atau kompotensi untuk mengajarkannya. Anggapan lainnya, jika kemampuan dan keterampilan mengajar terpisah dari pengetahuan subject matter yang ada, maka kemampuan dan keterampilan tersebut merupakan pembawaannya. Dengan kata lain, anggapan yang terakhir, melahirkan pernyataan bahwa “guru-guru dilahirkan sebagai guru, bukannya dipersiapkan”.
Sudah tentu, kedua anggapan itu tidak menunjukkan keahliannya,  baik seluruh maupun sebagian. Terhadap anggapan pertama, keahlian atau validitasnya dapat digugurkan bedasarkan pengalaman sehari-hari. Suatu gejala yang sudah lazim terdapat pada pengalaman setiap orang menunjukkan bahwa seorang sarjana baik lelaki maupun wanita, betapapun kompetennya, namun belum tentu dapat jaminan bahwa ia mampu menyampaikan pengetahuan kepada para peserta didiknya dengan baik, sebaliknya, cukup banyak sarjana yang kurang kompeten, ternyata lebih berhasil sebagai guru.
Sedangkan terhadap anggapan yang kedua, tidak sepenuhnya mengandung kesahihan. memang, tidak seorangpun menyangkal bahwa setiap orang memiliki perbedaan begitupun dalam hal bakat pembawaan mengajar. Paling tidak ada dua hal yaitu; dalam hal kemampuan untuk menemukan secara intuitif atau belajar dari orang lain tentang prinsip-prinsip belajar mengajar yang tepat dan dalam hal kemampuan untuk melaksanakan prinsip - prinsip tersebut dengan berhasil. Perkiraan yang tepat adalah sebagian mereka yang berinteligensi normal akan dapat memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari hal tersebut. Bagi mereka yang kurang berbakat, setidak-tidaknya akan menjadi guru yang baik, sedangkan bagi mereka yang berbakat, justru akan dapat mengembangkan kapasitas yang dimilikinya ke arah yang lebih baik
Terhadap masalah yang kedua, yaitu menyangkut masalah atau materi yang disajikan, biasanya telah dipelajari sebelum disiapkan secara teknis untuk menjadi guru. Terhadap masalah pertama dan keempat, yaitu tujuan yang ingin dicapai dan metode mengajar dan alat - alat peraga yang diperlukan, semuanya dapat dimasukkan ke dalam seni dan keterampilan mengajar serta prosedur pengembangan dalam proses pembelajaran. Sedangkan terhadap masalah yang ketiga yaitu sifat hakikat anak didik, ini menyangkut pengetahuan dan pemahaman kejiwaan anak didik dalam proses belajarnya. Terhadap masalah yang terakhir inilah tampak dengan jelas betapa pentingnya ilmu jiwa pendidikan bagi seorang guru. 
Jadi, berdasarkan uraian diatas, dapatlah ditegaskan bahwa psikologi pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan merupakan keharusan di lembaga-lembaga pendidikan terutama harus dimiliki oleh seorang pendidikPenegasan ini berdasarkan atas dua dimensi pemikiran. Pertama, sifat dan jenis belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang kemudian dapat diidentifikasikan secara meyakinkan. Kedua, pengetahuan yang serupa itu dapat disistematisasikan dan disampaikan secara efektif kepada calon guru dan dari kedua dimensi pemikiran inilah para calon guru dapat mengambil keuntungannya.
Walaupun demikian perlu disadari bahwa psikologi pendidikan bukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan seorang bisa menjadi guru yang baik. Sebab, masih cukup banyak persyaratan lainya antara lain; bakat, minat, komitmen, motivasi dan latihan serta penguasaan metodologi pengajaran.
Akan tetapi, setidaknya urgensi dari seorang guru atau siswa yang memahami psikologi pendidikan agar dapat:
1)        Merumuskan tujuan pembelajaran dengan tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. 
2)        Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan seorang  guru  dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar serta tingkat perkembangan kemampuansiswanya.
3)        Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran guru disamping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya guru diharapkan dapat memberilkan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses interpersonal yang penuh keakraban dan kehangatan.
4)        Memfasilitasi dan memotivasi belajar siswanya. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya membangkitkan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, guna untuk tercapainya tujuan yang dikehendaki siswa. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5)        Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6)        Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman seorang guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan  untuk terwujudnya  interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh simpati  dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7)        Menilai atau mengevaluasi hasil pembelajaran dengan lebih arif tanpa mengesampingkan unsur objektifitasHal ini karena pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat membantu guru dalam mengembangkan  penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis, penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

Dengan demikian urgensi dari psikologi pendidikan ini adalah suatu disiplin ilmu yang sangat penting dan mesti dimiliki oleh guru atau seorang pendidik agar dapat membantunya dalam memahami tingkah laku belajar anak didiknya guna untuk mencari solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi serta memberikan penjelasan bahwa siswanya sedang dalam kondisi belajar yang baik atau tidak. Namun pada prinsipnya psikologi pendidikan merupakan alat yang penting untuk memahami tingkah laku belajar anak. Psikologi pendidikan ini sebagai alat bagi guru untuk mengendalikan dirinya, dan juga memberi bantuan belajar kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran guna untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.

















BAB III
PENUTUP

Berdasarkan hasil uraian di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
v  Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang diuraikan secara sistematis yang dalam penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan hasil dari sebuah pembelajaran.
v  Tujuan psikologi pendidikan adalah untuk mempelajari tingkah laku manusia dan perubahan tingkah laku tersebut sebagai akibat proses dari tangan pendidikan dan berusaha bagaimana suatu tingkah laku itu harus dirubah dan dibimbing melalui pendidikan. Dengan kata lain ahli psikologi pendidikan berusaha untuk mempelajari, menganalisis, menerangkan dan memimpin proses pendidikan sedemikian rupa sehingga mendapatkan suatu sistem pendidikan yang efisien.
v  Adapun urgensi dari psikologi pendidikan ini adalah suatu disiplin ilmu yang sangat penting dan mesti dimiliki oleh guru atau seorang pendidik agar dapat membantunya dalam memahami tingkah laku belajar anak didiknya guna untuk mencari solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi serta memberikan penjelasan bahwa siswanya sedang dalam kondisi belajar yang baik atau tidak. Namun pada prinsipnya psikologi pendidikan merupakan alat yang penting untuk memahami tingkah laku belajar anak. Psikologi pendidikan ini sebagai alat bagi guru untuk mengendalikan dirinya, dan juga memberi bantuan belajar kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran guna untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.







DAFTAR PUSTAKA

Abd Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Yokyakarta: Penerbit, Tiara Wacana, 1993.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa 2008.

Lia Kanjeng Ais, Pentingnya Psikologi Dalam Pendidikan, diposting pada tanggal 12 
Oktober 2012www.liakanjengais.blogspot.com.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Penerbit

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Penerbit Rineka Cipta, 1997.


Mahendra, Pentingnya Psikologi Pendidikan Bagi Guru, diposting pada tanggal 2
Oktobuer 2012www.mahendra261291.wordpress.com.

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk GURU-KARYAWAN dan PENELITI PEMULA, Bandung; Alfabeta, 2010. 

Seno, Peranan Tentara Pelajar di Banda Aceh dalam Mempertahankan Kemerdekaan 

            http://www.fauzulmustaqim.com/2015/11/makalah-urgensi-psikologi-pendidikan.html (diakses pada 24 November 2016)